BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kita mengenal kata “belajar” dari sejak kita belum
mengenal bangku sekolah. Seperti saat kita mulai bisa berbicara, kita sudah
melakukan belajar dari yang tidak bisa bicara menjadi bisa. Jadi belajar sudah
sangat sering kita lakukan walaupun tidak dalam lingkup bangku sekolah. Dan
bisa dikatakan bahwa belajar itu tidak dimulai dari saat kita memegang pensil
dan buku.
Secara sederhana pengertian belajar adalah suatu perilaku
yang tak lepas dari berbagai syarat dan komponen yang terkait dengan belajar
itu sendiri. Kita mengenal juga belajar sebagai suatu proses, yaitu suatu proses
perubahan yang terjadi dari sesuatu yang tidak pernah kita ketahui menjadikan
kita tahu tetang hal tersebut. Proses belajar ini bisa dilaksanakan dalam
seluruh aktivitas sehari – hari yang kita lakukan. Proses belajar itu
berlangsung dengan tujuan untuk membuat suatu perubahan secara keseluruhan dari
setiap individu yang melakuakannya.
Secara psikologi dalam proses belajar terdapat prasyarat
yang harus dikembangkan sebagai berikut :
1. Kegiatan
yang merangsang peserta didik untuk merespon;
2. Respon
peserta didik itu sendiri;
3. Penghargaan
terhadap respon peserta didik;
4. Motivasi
untuk menguatkan respon peserta didik.
Langkah – langkah untuk mempersiapkan prasyarat prilaku
belajar tersebut paling tidak dapat kita pahami berdasarkan Teori operant
conditioning yang di utarakan dan dikembangkan oleh B.F. Skinner, seorang ahli
behavior. Teori ini merupakan teori yang dikembangkan dari toeri – teori yang
terdahulu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Siapakah
B.F. Skinner itu?
2. Bagaimanakah
Teori belajar
behavioristik?
3. Apakah
prinsip – prinsip belajar yang digunakan Skinner?
4. Apakah
kelebihan dan kelemahan dari Teori belajar behavioristik?
5. Bagaimanakah
aplikasi Teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?
6. Bagaimana menentukan langkah
– langkah pembelajaran berdasarkan Teori
Skinner?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan permasalahan adalah:
1. Mengetahui
tentang B.F. Skinner.
2. Mengetahui
tentang Teori belajar behavioristik.
3. Mengetahui
prinsip – prinsip belajar yang digunakan Skinner dalam teorinya.
4. Mengetahui
kelebihan dan kelemahan dari Toeri belajar behavioristik.
5. Mengetahui
aplikasi dari Teori belajar behavioristik dalam pembelajaran.
6. Menentukan langkah – langkah pembelajaran berdasarkan Teori
Skinner
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic skinner
(B.F. Skinner) lahir di Susquehanna,
Pennsylvania pada tanggal 20 Maret 1904. Ia merupakan anak pertama dari
pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya
adalah seorang pengacara dan seorang politisi, sedangkan Ibunya adalah seorang
Ibu rumah tangga. Skinner tumbuh dalam suasana dan lingkungan yang nyaman,
bahagia, dan dengan derajat ekonomi keluarga menengah ke atas. Orang tuanya
menerapkan nilai – nilai kesederhanaan, kebaktian, kejujuran, dan kerja keras
dalam menjalani kehidupan. Keluarga skinner adalah orang – orang gereja, namun
Freud (B.F skinner) pernah hampir kehilangan kepercayaan terhadap agama ketika
masih duduk di bangku sekolah menengah. Dan kemudian ia tidak menjalankan atau
mengikuti agama apapun.
Ketika berusia 2 setengah tahun,
Edward adiknya yang biasa disapa Ebbie lahir. Freud merasa bahwa adiknya lebih
disayang oleh kedua orang tuanya. Namun, ia tidak merasa kehilangan kasih
sayang dari kedua orang tuanya. Pada tahun pertama Freud di perguruan tinggi,
Ebbie adiknya meninggal dunia. Sejak saat itu kedua orang tuanya menjadi
progresif dan sulit memberikan izin kepada Freud untuk bepergian. Mereka
menginginkan Freud menjadi anak rumahan “The
Family Boy” saja. Dengan sungguh-sungguh kedua orang tuanya sukses
menjalankan kewajiban dengan menjaga kestabilan keuangan Freud, bahkan hingga
ia menjadi seorang psikologi terkemuka di Amerika.
Pada tahun pertama, Skinner tertarik
untuk menjadi seorang penulis profesional, dengan tujuan atau cita – citanya
mempublikasikan Walden Two ketika ia
mulai berusia 40 tahun. Ketika Skinner tamat dari sekolah menengah, keluarganya
pindah ke Scranton, Pennsylvania. Dan hampir dengan seketika Skinner masuk ke
Peguruan Tinggi Hamilton, sebuah sekolah kesenian liberal di Clinton, New York.
Setelah mendapatkan gelar sarjana muda dalam bidang Bahasa Inggris di Inggris,
Skinner menyadari ambisinya untuk menjadi seorang penulis yang kreatif.
Skinner memberi tahu ayahnya bahwa
ia berkeinginan untuk menghabiskan waktu
satu tahun dengan tanpa bekerja di rumah kecuali menulis. Dengan alasan akan
kebutuhan untuk membangun/ membentuk kehidupan, ayahnya (William Skinner)
dengan terpaksa mendukung Skinner selama satu tahun ini, dengan kondisi atau
alternatif Skinner akan mendapatkan pekerjaan yang lain jika karir menulisnya
tidak sukses. Namun, datang sebuah surat pemberi harapan dari Robert Frost, dengan suratya ia
memberikan harapan kepada Skinner untuk menjadi seorang penulis karena ia telah
membaca tulisan – tulisan Skinner.
Skinner pun kembali ke rumah orang
tuanya di Scranton, belajar di loteng dan mulai menulis dari pagi hari. Namun,
usahanya tidak produktif karena ia malah tidak memiliki ide untuk disampaikan
dan dituangkan dalam tulisan – tulisannya. Hingga satu tahun itu disebut
sebagai “Tahun Kegelapan” bagi
Skinner. Tahun kegelapan tersebut memberikan gambaran akan kuatnya kebimbangan
identitas hidup Skinner, dan ini bukanlah kirisis identitas yang terakhir bagi
Skinner.
Di akhir tahun kegelapannya yang
berlangsung selama 18 bulan, Skinner dihadapi dengan permintaan untuk mencari
pekerjaan baru. Psikologi pun memberinya isyarat. Setelah membaca beberapa
karya Watson dan Pavlov, ia memutuskan untuk menjadi
seorang behavioris. Ia pun tidak pernah ragu terhadap keputusannya tersebut dan
dengan kesungguhan hati menerjunkan dirinya ke dalam behaviorisme radikal.
Meskipun Skinner tidak pernah
mengambil pendidikan sarjana psikologi, Harvard menerimanya sebagai mahasiswa
lulusan psikologi. Setelah mendapatkan gelar PhD pada tahun 1931, Skinner
menerima beasiswa dari Dewan Penelitian Nasional untuk melanjutkan penelitian
laboratoriumnya di Harvard. Skinner pun menjadi pecaya diri dengan identitasnya
sebagai seorang behavioris. Ia juga membuat garis besar cita – cita/ tujuannya
dalam 30 tahun ke depan. Dalam rencananya, Skinner juga terus mengingatkan dirinya untuk benar-benar
taat dan sungguh – sungguh dalam mendalami metodologi behavioristik. Di tahun
1960, Skinner telah berhasil mewujudkan fase terpenting dalam rencananya.
Pada tahun, 1936, Skinner mulai
mendapatkan posisi atau kedudukan pada pengajaran dan penelitian di Universitas
Minnesota. Sesaat setelah pindah ke Minneapolis, ia memiliki seorang kekasih
dengan masa pacaran yang pendek dan tidak menentu. Hingga ia kemudian menikah
dengan Yvonne Blue. Skinner mempunyai 2 orang anak, yaitu Julie yang lahir pada
tahun 1938 dan Deborah (Debbie) yang
lahir pada tahun 1944. Dalam tahun – tahunnya di Minnesota, Skinner menerbitkan
buku pertamanya yang berjudul The
Behavior of Organisms (1938).
Di usiannya yang ke – 40 tahun,
Skinner masih bergantung kepada bantuan keuangan dari ayahnya untuk berjuang
dalam ketidak berhasilannya menulis buku mengenai perilaku lisan (Behavior
Verbal). Karena ia tidak sepenuhnya terlepas dari “Tahun Kegelapan”
dalam 20 tahun pertama. Meski Skinner menjadi sukses dan menjadi seorang behavioris
terkemuka, ia lamban dalam mengatur dan menghasilkan keuangannya sendiri.
Dengan model kekanak – kanakan, ia mengijinkan orang tuanya untuk membayar
mobil, liburan, pendidikan anak – anaknya di sekolah, bahkan rumah untuk
keluarganya.
Ketika Skinner masih menuntut ilmu
di Universitas Minnesota, ayahnya memberikan penawaran kepada Skinner, bahwa ia
akan membayar gaji sekolah musim panasnya jika ia terlebih dahulu mengajar
selama musim panas dan membawa istri serta kedua anaknya ke Scranton. Skinner
pun menerima tawaran dari ayahnya untuk pindah ke Scranton serta untuk kembali
menulis. Namun, buku yang ia tulis masih belum dapat diselesaikan juga hingga
beberapa tahun mendatang.
Pada tahun 1945, Skinner
meninggalkan Minnesota untuk mengetuai/ mengepalai sebuah Departemen Psikologi
di Universitas Indiana, sebuah pilihan yang menjadikannya lebih frustasi karena
tugas – tugas administifnya menjemukan, ditambah Skinner belum merasakan
pengetahuan dan pengalaman akan psikologi itu sendiri. Namun, istrinya memiliki
perasaan atau anggapan yang bertentangan dengan Skinner. Ia beranggapan bahwa
meskipun begitu krisis pribadi Skinner akan segera berkahir dan karir
profesionalnya pun akan datang.
Pada liburan musim panas tahun 1945,
Skinner menulis Wolden Two,
sebuah novel khayalan yang menggambarkan sebuah masyarakat sosial dengan
permasalahan dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan perilaku ahli
teknik. Meskipun tidak diterbitkan hingga 1948, bukunya disajikan oleh penulis
dengan terapi langsung dalam bentuk emotional catharsis. Hingga akhirnya
Skinner dapat belajar dari kegagalan menuju kemahiran selama tauhn
kegelapannya, yaitu 20 tahun pertama.
Skinner menjelaskan bahwa dua karakter
yang ada dalam bukunya yaitu Farazier dan Burris mewakili usaha/ percobaannya
untuk menggabungkan dua askpek berbeda yang ada dalam kepribadiannya sendiri.
Buku Wolden Two pun turut menjadi pembangun karier profesional Skinner. Tidak
lama kemudian ia mengurung diri untuk pembelajaran laboratorium terhadap tikus
dan burung dara, tapi kemudian ia terlibat/ dilibatkan dalam aplikasi analisis
tingkah laku terhadap teknologi pembentukan perilaku manusia dan mendapatkan
ungkapan filosofis dalam Beyond Freedom and Dignity.
Bidang psikologi yang didalami
Skinner adalah analisis eksperimental
atas tingkah laku. Ia melakukan penyilidikan terutama pada organisme
infrahuman, biasanya tikus atau merpati. Di samping itu, Skinner juga
menerapkan prinsip – prinsip pengondisian operan (operant conditioning) pada penyelidikan tentang psikotik pada orang
dewasa, anak autis, analisis bahasa, dan perancangan mesin – mesin pengajaran.
Diantara peralatan rancangannya yang terkenal adalah kotak Skinner (Skinner
Box). Skinner telah memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman tingkah
laku, khususnya menyangkut belajar.
Pada tahun 1948, Skinner kembali ke
Harvard, dan melanjutkan eksperimen kecil menggunakan burung dara. Tahun 1964,
di usianya yang ke – 60 tahun, Skinner berhenti mengajar. 10 tahun kemudian, ia
mengambil 2 program pendanaan karier dari pemerintah pusat untuk masa 5 tahun,
yang mengizinkan Skinner untuk melanjutkan menulis dan memimpin penelitian. Ia
pun berhenti menjadi profesor psikologi pada tahun 1974. Setelah berhenti
mengajar pada tahun 1964, Skinner menulis beberapa buku penting mengenai
tingkah laku manusia antara lain, The Behavior of Organisme (1938), Walden
Two (1948), Science and Human Behavior (1953), Verbal Behavior (1957), Shedules
of Reinforcement (1957), dll. yang membantunya mendapatkan gelar
sebagai America’s best-known living psychologist.
Pada tanggal 18 Agustus 1990,
Skinner meninggal karena menderita leukimia. Satu minggu sebelum kematiannya,
Skinner mengirimkan pidato emosianalnya kepada konvensi American Psychological Association (APA) mengenai kelanjutan advokasinya tehadap behaviorisme radikal.
Dengan adanya konvesi ini, ia mendapat surat pujian pertama sebagai Outstanding lifetime Constribution to
Psychology. Dan Skinner adalah satu – satunya orang yang mendapat
penghargaan tersebut dalam sejarah APA.
B. Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh
Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan
oleh paratokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih
komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antar stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Dikatakannya bahwa respon yang dibrikan oleh seseorang/siswa tidaklah
sesederhana itu. Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada
seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi anatara stimulus-stimulus
tersebut akan memepengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga
dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku.
Oleh sebab itu, untuk
memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami
hubungan anatar stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat
dari resspon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya
akan menambah rumitnya masalah. Sebab, setiapa alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian dan seterusnya.
Pandangan teori belajar
behavioristik ini cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik. Namun dari
semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine,
pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan factor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh Skinner.
Teori behavioristik banyak dikritik
karena sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab
banyak variable atau hal-hal yang berkaitan dengan pendididkan dan atau belajar yang tidak
dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Contohnya, seorang
siswa akan dapat belajar dengan baik setelah diberi stimulus tertentu. Tetapi
setelah diberi stimulus lagi
yang sama bahkan lebih baik, ternyata siswa tersebut tidak mau belajar lagi.
Disinilah persoalannya, ternyata teori behavioristik tidak mampu menjelaskan
alas an-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini. Namun
teori behavioristik dapat mengganti stimulus satu dengan stimulus lainnya dan
seterusnya sampai respon yang diinginkan muncul. Namun demikian, persoalannya
adalah bahwa teori behavioristik tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
Sebagai contoh, motivasi sangat berpengaruh dalam proses belajar. Pandangan behavioristik menjelaskan bahwa banyak siswa termotivasi pada kegiatan-kegiatan diluar kelas (bermain video-game, brlatih atletik), tetapi tidak termotivasi mengerjakan tugas-tugas sekolah. Siswa tersebut mendapatkan pengalaman penguatan yang kuat pada kegiatan-kegiatan diluar pelajaran, tetapi tidak mendapatkan penguat dalam kegiatan belajar dikelas.
Pandangan behavioristik
tidak sempurna, kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak
dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman
penguatan yang relative sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran
berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya.
Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat
diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping.
Yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal
banyak factor yang berpengaruh dalam hidup ini yang mempengaruhi proses
belajar. Jadi pengertian belajar tidak sesederhana yang dilukiskan oleh teori
behavioristik.
Skinner dan tokoh-tokoh lain
pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman
dalam kegiatan belajar. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negative (negative reinforcement) cenderung
membatasi siswa untuk bebas berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang
peranan penting dalam proses belajar.
Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan
Guthrie, yaitu;
1) Pengaruh
hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2) Dampak
psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3) Hukuman
mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia
terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum
melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang
diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut
sebagai penguat negative. Penguat negative tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus)
agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan
penguat negative (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman
harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga
ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka
inilah yang disebut penguat negatif. Lawan dari penguat negatif adalah penguat
positif (positife reinforcement).
Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa penguat
positif itu ditambah, sedangkan penguat negatif adalah dikurangi agar
memperkuat respon.
C.
Prinsip
– Prinsip Skinner
1. Reinforcement
Reinfocement didefinisikan sebagai
sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku).
Keefektifan sebuah reinforcement dalam proses belajar perlu ditunjukkan karena
kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai
terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen
pada umumnya dapat menjadi reinforce bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika
mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan.
2. Punishment
Punishment adalah menghadirkan atau
memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin
dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
3. Pemberian
Shaping
Shaping digunakan dalam teori
belajar behaviorisme untuk menunjukkan pengajaran keterampilan-keterampilan
baru atau perilaku-perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk
menguasai keterampilan atau perilaku tersebut dengan baik.
Adapun langkah-langkah dalam
pemberian shaping adalah:
a) Memilih
tujuan yang ingin dicapai;
b) Mengetahui
kesiapan belajar siswa;
c) Mengembangkan
sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui
tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa;
d) Memberi
feedback terhadap hasil belajar siswa.
4. Extinction
Extinction adalah mengurangi atau
menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku
tersebut terjadi. Extinction ini terjadi melalui proses perlahan – lahan.
Biasanya ketika reinforcement ditarik atau dihentikan perilaku individu sering
meningkat seketika
5. Anteseden
dan perubahan perilaku
Dalam operant conditioning, anteseden
dapat memberikan petunjuk apakah sebuah perilaku akan mendapatkan konsekuen
yang positif atau negatif.
Menurut Skinner untuk menghasilkan
perubahan perilaku pada diri individu selain dengan memerhatikan konsekuen (consecuens), dapat juga digunakan
anteseden. Karena sebagaimana telah disebutkan seebelumnya, perilaku manusia
seperti sebuah sandwich atau serangkaian Antesedents-Behavior-Consequens
(A-B-C). Dalam hal ini, ada dua cara untuk mengontrol anteseden agar
menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan cueing dan
prompting.
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Kelebihan
1.
Sangat cocok untuk
memperoleh kemempuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
Dengan bimbingan yang diberikan
secara terus menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa
menerapkannya dengan bsik
2.
Materi yang
diberikan sangat detail hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang dianggap
tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapksn peserta didik
memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajaran.
3.
Membangun
konsentrasi pikiran dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu.
Penguatsn ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya
respon. Hukuman yang diberikan adalah sifatnya membangun sehingga peserta didik
mampu berkonsentrasi dengan baik.
Kekurangan
1.
Pembelajaran
peserta didik hanya berpusat pada guru peserta didik hanya mendapatkan
pembelajaran hanya bedasarkan apa yang diberikan guru. mereka
Tidak diajarkan untukberkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Peserta ddik cenderung pasif dan bosan.
2.
Peserta didik hanya
mendegarkan dengan tertib penjelasan guru.
Pembelajaran seperti ini bisa
dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang di dengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.
3.
Peserta didik tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi
Karena menurut teori inibelajar
merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik untuk mencapai target
tertentu.
E. Aplikasih
Teori Behavioaristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar
mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran Behavioaristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori Behavioaristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respons atau prilaku tertentu dapat dibentuk
karena dikondi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode driil atau
pembiasaan semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan hilang bila
dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan
stimulus-respon, individu atau siswa pasif, prilaku sebagai hasil belajar yang
tampak, pembentukan prilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua
merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori Behavioaristik. Teori ini
hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak
dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini,
seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menegah,
bahkan diperguruan tinggi, pembentukan prilaku dalam cara drill (pembiasaan)
disertai dengan reinforcement atau
hukuman masih sering dilakukan
Aplikasi teori Behavioaristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan
pembelajaran, sifat pelajar, karakteristik, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dilaksanakan dan dirancang berpijak pada teori
Behavioaristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah berstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan , sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke
orang belajar atau siswa. Siswa di harapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah
untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir
yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut.
Karena teori Behavioaristik memandang bahwa sebagai
susuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa
atau orang yang belajar harus dihadapkan oleh aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara tetap.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan
yang perlu dihukum , dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk prilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatanpada
aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik
adalah objek yang harus berprilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada diluar diri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori Behavioaristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedagkan belajar sebagai aktifitas “mimetic “ yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian
ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktifitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks atau buku wajib dengan
penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks\buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper
and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar.
Maksudnya, bila siswa manjawab secara “benar”
sesuai dengan keinginan guru hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa
secara individual.
F. Langkah – Langkah
Pembelajaran Berdasarkan Teori Skinner
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang
perpijak pada teori Behavioaristik yang dikemukakan Siciati dan Prasetya Irawan
(2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran.langkah-langkah tersebut
meliputi:
1. Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis
lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
3. Menentukan
materi pelajaran.
4. Memecah
materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan,
topik, dsb.
5. Menyajikan
materi pelajaran.
6. Memberikan
stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tulisan, tes/kuis,
latihan, atau tugas-tugas.
7. Mengamati
dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
8. Memberikan
penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif atau penguatan
negatif), ataupun hukuman.
9. Memberikan
stimulus baru.
10. Mengamati
dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
11. Memberikan
penguatan lanjutan atau hukuman.
12. Demikian
seterusnya.
13. Evaluasi
hasil belajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Burrhus Frederic skinner
(B.F. Skinner) lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada tanggal 20 Maret 1904
dan meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal karena menderita
leukimia. Skinner merupakan seorang psikologi terkemuka di Amerika dan
merupakan seorang pengajar di Universitas Harvard samapi akhir hayatnya. Bidang
psikologi yang didalami Skinner adalah analisis eksperimental atas tingkah
laku. Ia melakukan penyilidikan terutama pada organisme infrahuman, biasanya
tikus atau merpati. Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip
pengondisian operan (operant conditioning) pada penyelidikan tentang psikotik
pada orang dewasa, anak autis, analisis bahasa, dan perancangan mesin – mesin
pengajaran.
Skinner menyimpulkan bahwa terdapat dua macam respons
yang berbeda yaitu respondent response atau reflexive response dan operant
response atau instrumental response (Sanjaya, 2006: 116). Skinner mengembangkan
teori conditioning dengan menggunakn tikus sebagai percobaan.
Teori belajar behavioristik masih dirasakan
manfaatnya daam kegiatan pembelajaran. Selain teori ini telah mampu memberikan
sumbangan atau motivasi bagi lahirnya teori-teori belajar yang baru,juga karena
prinsip-prinsipnya (walaupun terbatas) terasa masih dapat diaplikasikan secara
praktis dalam pembelajaran hingga kini. Walaupun teori ini mulai mendapatkan
kritikan,namun dalam hal-hal tertentu masih diperlukan khususnya dalam
mempelajari aspek-aspek yang sifatnya relative permanen dengan tujuan belajar
yang telah dirumuskan secara ketat.
Secara ringkas,teori behavioristik mengatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia telah menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik
mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluar atau
output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan
respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan
diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adalah factor penting
dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Demikian juga dengan penguatan dikurangi (negative
reinforcement) maka respons juga akan
menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik antara lain
Thorndike,Watson,Skiner,Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran,bahwa kegiatan
belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntun siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil,dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang
benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
No comments:
Post a Comment